Renungan Harian 3 Oktober 2025

Dalam Bar 1: 15-22 dikisahkan: Katakanlah sebagai berikut: Keadilan ada pada Tuhan, Allah kita, sedangkan malu muka pada kami, sebagaimana halnya hari ini, yaitu: pada orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, pada sekalian raja kami, para pemimpin, para imam dan nabi serta pada nenek moyang kami.

Memang kami telah berdosa kepada Tuhan. Kami tidak taat kepada-Nya dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, untuk mengikuti segala ketetapan Tuhan yang telah ditaruh-Nya di hadapan kami. Semenjak Tuhan membawa nenek moyang kami keluar dari negeri Mesir hingga dengan hari ini kami tidak taat kepada Tuhan, Allah kami. Sebaliknya Tuhan telah kami alpakan karena tidak mendengarkan suara-Nya.

Maka melekatlah kepada kami semua bencana dan laknat yang telah diperintahkan Tuhan kepada Musa, hamba-Nya, waktu nenek moyang kami dibawa-Nya keluar dari negeri Mesir untuk dianugerahkan-Nya kepada kami suatu tanah yang berlimpah susu dan madunya, sebagaimana halnya hari ini.

Meski demikian, kami tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para nabi yang telah Tuhan utus kepada kami. Bahkan kami telah pergi berbakti kepada allah lain, masing-masing menurut angan-angan hati jahatnya, dan kami melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan, Allah kami.

Lukas dalam injilnya (Luk 10: 13-16) mewartakan sabda Yesus:”Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.

Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Nabi Barukh menegaskan bahwa meski Allah telah menunjukkan kasih setia dan penyertaan-Nya, Israel tetap lebih mencari jalan dan menentukan keputusan mereka sendiri. Akibatnya mereka hidup menderita. Ketika mereka menjauh/menolak Tuhan, atau tidak taat malapetakalah yang mereka alami. Maka hendaknya kita selalu berusaha untuk tetap ada dalam bimbingan dan penyertaan-Nya. Kalau demikian ini hidup dan masa depan kita, dijamin oleh Tuhan.

Dua, Yesus menyatakan dengan terus terang bahwa siapa yang menolak Aku (Yesus), berarti menolak Dia yang mengutus Aku. Artinya relasi antara Yesus dengan Bapa-Nya begitu erat dan akrab. Di dalam diri Bapa ada Yesus, dan di dalam Diri Yesus, ada/hadir Bapa-Nya. Realita itu semoga menggugah kita untuk bersatu dan sehati sejiwa dengan mereka yang serumah, sekomunitas/paguyuban, dengan hati tulus dan gembira supaya kita makin berbahagia. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *