
Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Vincentius. Beliau lahir di Perancis tahun 1581 dan ditahbiskan sebagai imam tahun 1600. Kepeduliannya kepada masyarakat yang miskin dan terlantar, mendorong beliau untuk mendirikan Tarekat Putri Kasih dan Tarekat untuk para imam, yang disebut Kongregasi Misi. Beliau wafat tanggal 27 September 1660.
Melalui 1Kor 1: 26-31 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, ingatlah bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.
Apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
Matius dalam injilnya (Mat 9: 35-38) mewartakan: Pada waktu itu, Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar di rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Ketika melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Maka kata-Nya kepada para murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan para pekerja untuk tuaian itu.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Paulus menegaskan bahwa seperti yang dialaminya, tidak ada seorang pun yang layak ketika dipanggil untuk menjadi utusan Kristus. Karena kasih dan kebesaran-Nyalah mereka yang dipanggil menjadi layak dan diberi kuasa. Maka, hendaknya para utusan Tuhan: Paus, para Uskup, para Iman dan biarawan-wati serta umat beriman bersyukur atas anugerah itu. Wujud syukur yang nyata adalah hidup aman, damai, tenteram, bersahabat, mau berbagi dan saling melayani dan sejahtera bersama dengan keluarga, sesama yang ada di sekitar kita. St. Vincentius telah memberikan teladan itu.
Dua, Yesus bersabda “panenan memang banyak namun penuainya hanya sedikit”. Secara kasat mata, memanen padi, jagung, anggur atau buah apa pun di ladang memang tidak atau kurang menarik bila dibandingkan dengan kerja sebagai “pelayan toko” atau pegawai. Di ladang, udaranya panas, kotor, makanan seadanya dan kerjanya berat, namun upahnya sedikit. Sedangkan pelayan toko atau pegawai, pekerjaannya ringan, ruangannya bersih, udaranya agak panas karena seadanya atau sejuk karena ada ac.
Maka mereka yang mau memetik hasil panen di ladang adalah orang-orang yang siap kerja keras, sulit, maupun panas. Apalagi kerja di ladang Tuhan. Mereka bukan mencari harta atau jabatan, tetapi keselamatan hidup manusia seutuhnya. Kita doakan agar mereka setia mengikuti panggilan Allah. Amin.
Mgr Nico Adi, MSC