
Hari ini kita merayakan Pesta Kelahiran St. Perawan Maria. Pesta ini mau menunjukkan bahwa Gereja (umat Allah) sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Maria yang mempunyai peranan penting dalam sejarah keselamatan umat manusia.
Untuk menyelamatkan umat manusia, Allah mengutus Anak-Nya sendiri yaitu Yesus Kristus. Agar maksud itu terlaksana, Allah membutuhkan kerjasama dengan seorang perempuan. Maka dipilihlah Maria, seorang gadis keturunan Abraham, sebagai bunda Yesus. Atas dasar pengakuan iman itu, Gereja Timur menetapkan tanggal 8 September sebagai hari kelahiran Maria. Pada abad ke-7, Gereja Barat memasukkan pesta ini ke dalam kalender liturgi.
Dalam Mik 5: 1-4a dikisahkan beginilah firman Tuhan: “Hai, engkau Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, darimu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.
Maka ia akan bertindak dan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya. Mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, dan dia menjadi damai sejahtera.
Matius dalam injilnya (Mat 1: 18-23) mewartakan: “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam.
Ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, pada masa Nabi Mikha, 740 tahun sebelum Yesus lahir, umat Israel kacau hidupnya dan menyembah baal. Di antara mereka, ada sekelompok kecil umat yang tetap percaya dan setia kepada Tuhan. Kepada mereka itulah Tuhan menjanjikan “tokoh penting” yang lahir dari perempuan pilihan dan akan menggembalakan umat-Nya. Perempuan yang disebut Mikha itulah, kita kenal dengan nama Maria.
Rencana dan keputusan Tuhan untuk memilih Maria bukanlah keputusan tiba-tiba, namun benar-benar telah dipikirkan dan diputuskan sekian abad sebelumnya. Juga keputusan tanggal 8 September sebagai hari kelahiran Maria telah dipikirkan dan direnungkan 7 abad lamanya. Maka, pantaslah kita bersyukur atas keputusan itu, dan kita berbahagia atas ulang tahun Bunda kita.
Dua, Yusuf mula-mula ragu-ragu dan takut untuk mengambil Maria sebagai istrinya. Maka, dia perlu diyakinkan. Sebaliknya Allah melalui malaikat-Nya tidak pernah ragu-ragu untuk menyatakan bahwa Maria adalah perempuan yang mulia dan pantas menjadi Bunda Yesus.
Sebagai anak Allah, dalam dan karena Yesus, hendaknya kita percaya penuh akan kemuliaan Maria dan dengan gembira mengakui dan menerima Maria sebagai bunda kita. Kita pun boleh bersukacita pada hari pesta kelahirannya. Amin.
Mgr Nico Adi MSC