
Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Gregorius Agung (Paus).
Paulus melalui 2Kor 4: 1-2.5-7 menyapa umatnya: “Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. Juga kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.
Saudara-saudara, bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Kami juga menegaskan bahwa harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
Lukas dalam injilnya (Luk 22: 24-30) mewartakan: Ketika itu, terjadi pertengkaran di antara para murid Yesus, tentang siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: “Raja-raja para bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut para pelindung. Sebaliknya, kamu tidaklah demikian. Yang terbesar di antara kamu hendaklah sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu.
Sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, Aku menegaskan bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi 12 suku Israel.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Paulus menegaskan bahwa dirinya mendapat kasih karunia Allah dan diutus untuk menjadi pelayan-Nya. Di sisi lain, dia mengakui dirinya adalah pribadi yang lemah dan penuh dosa. Maka, dia selalu memohon kekuatan dan penyertaan Allah agar mampu melaksanakannya. Dia memberikan teladan bahwa dia bukan siapa-siapa. Segala sesuatu yang ada padanya dan perutusannya berasal dari Allah dan tanpa Allah, semuanya sia-sia. Penolakan/penyangkalan seseorang akan hal itu, akan “menjatuhkan dirinya sendiri.
Dua, peristiwa para murid Yesus bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka sendiri, terjadi 2025 tahun yang lalu. Artinya sudah ribuan tahun “pertengkaran/rasa tersaingi/mungkin permusuhan” telah ada. Maka bagi kita, hal itu bukan hal baru. Yang baru adalah “sikap dan kesiapsediaan” untuk melayani dan diperlakukan sebagai pelayan, tanpa menuntut imbalan atau hak tertentu. Sikap dan tindakan seperti ini memang “melawan arus dan tidak populer” namun membahagiakan bila dilakukan dengan gembira hati. Amin.
Mgr Nico Adi MSC