Damai Bersama Ciptaan

Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ

 

Pembukaan

“Damai Bersama Ciptaan” bukan sembarang judul, karena “Damai Bersama Ciptaan” merupakan tema untuk tahun 2025 dari suatu Gerakan Ekumenis untuk peduli terhadap rusaknya lingkungan hidup. Gerakan ini terdiri dari doa bersama ekumenis, menuju pertobatan kita di bidang ekologi, kegiatan penghijauan, dan advokasi terhadap Pemerintah agar ikut peduli akan rusaknya lingkungan hidup dan bagaimana untuk membangun lagi yang sudah rusak, syukur malah lebih baik lagi.

Gerakan ini dilakukan setiap tahun pada tanggal 1 September sampai tanggal 4 Oktober, Pesta St. Fransiskus Assisi yang dijadikan  pelindung bagi Ciptaan Allah. Gerakan ini disebut Bulan Penciptaan dan dalam bahasa Inggris disebut Season of Creation. Gerakan ini didasari keyakinan bahwa manusia sebagai gambar Allah memiliki tugas memelihara semua ciptaan-Nya dan menjaga kelangsungan alam semesta. Tujuannya untuk menggugah kesadaran umat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mewujudkan keadilan ciptaan. Gerakan ini ada panitianya secara ekumenis, yang akhirnya juga menentukan tema-tema untuk gerakan Masa atau Bulan Ciptaan. Untuk tahun 2025 ini temanya adalah “Damai Bersama Ciptaan”.

Kapan Mulainya Gerakan Ini?

Bagaimana munculnya dan awal terjadinya gerakan ini? Pada tahun 1989 Patriark Dimitros I mengumumkan bahwa tanggal 1 September adalah hari doa untuk penciptaan bagi Gereja Orthodox. Maka mulailah umat Orthodox berdoa memperingati Penciptaan Allah. Gerakan ini menular ke Gereja-gereja. Kemudian Dewan Gereja-Gereja Kristen Sedunia (WCC) tahun 2000 memperpanjang hari doa untuk memperingati Penciptaan sampai tanggal 4 Oktober, pesta St. Fransiskus Assisi. Jadilah gerakan doa itu satu bulan,

Pada tahun 2007, Pertemuan Ekumenis Eropa yang ketiga memberi nama “Season of Creation” atau Masa Penciptaan  untuk bulan doa untuk penciptaan tanggal 1 September sampai dengan 4 Oktober itu. Sementara itu gerakan doa ini tetap mereka jalankan di Gereja masing-masing.

Pada tahun 2015 Paus Fransiskus meresmikan Bulan Penciptaan untuk Gereja Roma Katolik dan menerbitkan ensiklik Laudato Si’ tanggal 24 Mei 2015 dan diterbitkan secara resmi oleh Vatikan pada 18 Juni 2015. Isinya membahas perawatan terhadap bumi sebagai rumah bersama.

Berikut adalah beberapa poin penting tentang ensiklik Laudato Si’: Fokus ensiklik ini adalah yang pertama didedikasikan sepenuhnya untuk isu ekologi atau perawatan “ibu bumi” sebagai rumah bersama kita. Tujuan Ensiklik ini menyerukan tindakan dan perubahan dalam hubungan manusia dengan lingkungan, yang sangat penting mengingat diterbitkannya sebelum Konferensi Iklim di Paris (COP 21). Keputusan utama dari COP 21 di Paris pada tanggal 12 Desember 2015  adalah untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global jauh di bawah 2°C dibandingkan dengan tingkat pra-industri dan mengupayakan upaya untuk membatasinya hingga 1,5°C, serta untuk meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Sejak tahun 2019, gerakan doa bulan ciptaan ini berkembang menjadi gerakan doa, aksi nyata merawat bumi dan advokasi kepada pihak pemerintah agar ikut peduli terhadap kerusakan lingkungan hidup dan ikut memprihatinkan adanya perubahan iklim dan pemananasan bumi.

 Ada Beberapa Tema Yang Muncul

Tidak setiap tahun sejak mulainya gerakan doa, pertobatan, dan karya untuk merawat ciptaan dan advokasi kepada pemeritah ini ada tema yang ditentukam oleh Panitia Ekumenis. Tema yang muncul adalah pada tahun-tahun berikut:

Tema Tahun 2011: Perubahan Iklim. Ini dipilih serasi demgam tema pertemuan COP 17, yang diadakan di Durban, Afrika Selatan. Kecuali perubahan iklim itu sendiiri, juga dibahas hubungannya dengan rusaknya lingkungan hidup.

Tema Tahun 2016: Belas Kasih Dan Perawatan Bagi Rumah Bursama. Tema ini menekankan pesan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’, agar konsep belas kasih juga diterapkan untuk ciptaan Allah, memandang bumi sebagai tempat tinggal kita yang terluka, yang perlu dirawat dan dilindungi. Mengakui ciptaan sebagai hadiah Tuhan dan diterima penuh tanggungjawab untuk memeliharanya.

Tema Tahun 2017: Rumah Kita Bersama. Berdasar pada Ensiklik Laudato Si’, menekankan “saling keterkaitan dan saling ketergantungan dalam alam semesta dengan manusia di dalamnya, dan dalam hubungan dengan Tuhan”. Mengajak untuk pertobatan ekologis.

Tema Tahun 2018: Berjalan bersama. Mendukung kebersaman ekumenis dalam doa dan usaha merawat bumi. Doa bersama dilaksanakan di Assisi. Mengenang Kidung Agung Keindahan Ciptaan St. Fransiskus Assisi Mendukung COP 24 di Polandia, dan mendukung agar para pemerintah melaksanakan kesepakatan Paris.

Tema Tahun 2019: Jaringan Kehidupan. Menekankan adanya saling keterikatan dalam masing-masing keunikan dari ciptaan Allah. Keberagaman hidup didukung oleh keberagaman daerah. Manusia terhubungkan dengan keberagaman hidup ini yang perlu dijaga dan dilindungi, bukannya dirusak. Sejalan dengan anjuran Laudato Si’.

Tema Tahun 2000: Yubileum untuk Bumi. Supaya bumi diistirahatkan. Ini merupakan dukungan bahwa ada hubungan internal antara istirahatnya bumi dengan membangun relasi yang benar dan berkesinambungan dan pemulihan ekoligis, dengan sistem ekonomi, sosial dan politik. Ini belajar dari Yubileum dari Kitab Suci. Yaitu masa untuk istirahat, untuk pemulihan dan sukacita. Ini cocok ketika kita mengalami pandemi Covid-19, dan makin meningkatnya pemanasan bumi. Perlu adanya keadilan ekologis, sosial, ekonomi dan politik.

Tema Tahun 2001: Rumah Bagi Semua. Memperbarui “rumah tangga Allah”, mencakup pengertian bahwa bumi merupakan rumah bagi semua macam kehidupan, dan tugas umat Kristiani untuk menjaga, memperbarui dan melidungi bumi demi kesejahteraan semua penghuninya. Manusia hanya salah satu penghuni.

Tema Tahun 2022: Mendengarkan Suara Ciptaan. Diambil dari pesan Paus Fransiskus 16 Juli 2022. Mendengarkan adalah langkah awal kepedulian kita. Simbol yang dipakai tahun ini adalah semak bernyala yang apinya tidak menghanguskan (Kej 3:2). Api ini dari Roh Kudus yang menyemangati kita dalam menjaga, melindungi dan memulihkan ciptaan yang rusak karena ulah manusia.

Tema Tahun 2023: Hendaknya Keadilan dan Damai Mengalir. (bdk Amos 5:24). Tema ini mendesak kita agar diakhirilah krisis ekologi dan ketidakadilan yang mengancam bumi dan agar bekerja bersama untuk mengalirkan sungai keadilan dan damai untuk semua. Panggilan bagi umat Kristiani untuk berjalan bersama (bersinode), memperbarui muka bumi.

Tema Tahun 2024: Berharap Dan Bertindak Bersama Ciptaan. Maksudnya  umat kristiani dipanggil untuk menaruh harapannya kepada Allah sebagai penyelenggara segalanya, dan menjawab tantangan dengan melindungi dan merawat bumi yang menderita karena kealpaan manusia. Berharap di sini bukan pasif menunggu, melainkan aktif, suatu proses dinamis yang membutuhkan keberanian, daya tahan dan ketangguhan. Kita diharapkan berubah dari semata-mata pengguna lingkungan hidup, menjadi bertanggungjawab dan merawatnya. Ada hubungan erat antara kemanusiaan dan alam semesta, bahkan memandang alam ciptaan sebagai realitas alam, tetapi juga sebagai karya Allah.

Damai Bersama Ciptaan

Isi dari “Damai Bersama Ciptaan”, sudah terungkap dalam tema tahun-tahun sebelumnya, yang sudah disajikan di atas. Maka kecuali yang diuraikan di sini, tema “Damai Bersama Ciptaan” mencakup juga apa yang telah diuraikan dalam tema-tema tahun-tahun sebelumnya.

a. Pesan dari Kitab Suci

Tema tahun 2025 ini berdasar pada Yesaya 32:14-18. Pesan di dalamnya adalah: saat hubungan manusia dengan Tuhan tidak baik, maka kehidupan manusia dan alam pun menjadi rusak. Dikatakan: “purimu sudah ditinggalkan dan keramaian kotamu sudah berubah menjadi kesepian. Bukit dan Menara sudah menjadi tanah rata untuk selama-lamanya, menjadi tempat kegirangan bagi keledai hutan dan tempat makan rumput bagi kawanan binatang.” (Yes 32:14). Sebaliknya ketika manusia bertobat, dan hubungan dengan Tuhan sudah baik, maka Roh Tuhan dicurahkan dan berubahlah alam. Ditulis: “Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas: Maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan. Di padang gurun selalu akan berlaku keadilan dan di kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman.” (Yes 32:15-18). Keadilan dan kebenaran ada di dalam hidup manusia dan dalam lingkungan hidupnya, sehingga manusia dan lingkungan hidupnya mengalami damai, tenteram, aman. Damai dengan ciptaan. Selama bulan ciptaan, kita bersatu dalam harapan dan komitmen untuk memulihksn kembali damai bersama ciptaan.

b. Gambaran Yesaya tadi sangat polos melukiskan dunia yang terluka oleh ketidakadilan manusia dan sebuah ciptaan yang menangis merindukan damai. Pandangan Yesaya ini menggema dalam lubuk hati kita. Planet kita sedang menderita. Tetapi kita percaya akan janji bahwa akan dipulihkan kembali.

c. Panggilan kita.

Kita dipanggil untuk menjadi agen perubahan dan pembaruan: dengan berdoa, karya nyata merawat, melindungi ciptaan dan mengubah cara hidup kita sendiri dan orang lain dalam berelasi dengan Allah dan dengan ciptaan-Nya. Mempengaruhi pemerintah untuk mengamini usaha kita dan turut berbuat sesuatu, sesuai dengan tugasnya sebagai pemerintah.

d. Tahun 2025 adalah Tahun Yubileum. Bagi umat Katolik tahun 2025 adalah Tahun Yubileum. Maka diusulkan penghapusan hutang bagi negara-negara kecil yang banyak berhutang. Sebenarnya mereka ini sudah banyak menyumbang bagi dunia internasional, berwujud bahan-bahan bakal yang dipakai negara-negara maju untuk perkembangan ekonominya. Sedangkan mereka juga kena dampak dari pemanasan bumi.

e. Simbol gerakan Musim Penciptaan tahun 2025 adalah Taman Damai. Di sana ada burung merpati yang paruhnya membawa pucuk daun Zaitun, seperti yang dialami Nabi Nuh yang masih dalam bahtera setelah air bah berhenti dan air telah surut. Burung merpati yang diparuhnya membawa pucuk daun Zaitun, pertanda bahwa sudah ada taman baru setelah air bah selesai. Dan taman itu adalah Taman Damai.

Penutup

Saat bacaan ini sampai pada Anda, kiranya kita telah memasuki bulan September menuju Oktober. Anda boleh menjadi anggota atau terlibat dalam gerakan ekumenis Bulan Ciptaan yang mengadakan acara setiap tahun mulai tanggal 1 September dan berakhir pada tanggal 4 Oktober. Acaranya adalah doa bersama, kegiatan nyata untuk merawat dan memulihkan ciptaan serta advokasi kepada Pemerintah. Tetapi inspirasinya dapat kita gali untuk berbuat sesuatu pula secara pribadi meski kecil-kecilan. Umpama menanam pohon di pekarangan, membuang sampah dengan memilah mana yang plastik dan mana yang dapat dijadikan pupuk kompos dan dibuang dalam galian di pekarangan rumah, yang nanti pupuk itu untuk menyuburkan pohon atau tanaman di pekarangan rumah, dan lainnya.

Yang sangat penting adalah mengubah sikap kita yang mungkin sebelumnya tidak peduli terhadap lingkungan hidup kita, sekarang mulai memandang pepohonan, tanaman yang ada di taman, rumput dan apa yang hidup di sana merupakan ciptaan yang sangat dihargai oleh Tuhan sendiri. Maka kita juga menghargai, memperhatikan, menjaga semua itu supaya tidak rusak, memandang sebagai sesama ciptaan Tuhan. Yang membutuhkan air karena tanahnya kering, disiram dengan air sebagai tanda bahwa kita menyayangi ciptaan Tuhan, demi cinta kita terhadap Tuhan yang sudah begitu baik kepada kita, sehingga bumi tempat kita hidup dipenuhi dengan apa yang dapat dimakan atau berguna bagi kita. Syukur kepada Allah dan ciptaan-Nya.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *