Renungan Harian 28 Agustus 2025

Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Agustinus. Berkat doa-doa ibunya dan bimbingan Uskup Ambrosius, dia bertobat dan menjadi orang yang punya peran besar untuk umat Allah. Setelah ditahbiskan menjadi imam, dia kemudian dipilih menjadi uskup di Hippo. Dia meninggal tanggal 28 Agustus 480.

Melalui 1Yoh 4: 7-16 Yohanes menyapa umatnya: “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.

Matius dalam injilnya (Mat 23: 8-12) mewartakan sabda Yesus kepada orang banyak: “Janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, ajakan Yohanes agar umat saling mengasihi karena Allah lebih dulu mengasihi mereka dan kasih itu berasal dari Allah. Allah sendiri yang telah memberikan kasih-Nya, mengundang kita untuk saling mengasihi. Hendaknya kita menanggapi undangan itu dengan tulus dan benar-benar mewujudkannya.

Dua, Yesus “melarang” umatnya dan orang penting/pejabat/ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, menyebut orang-orang tertentu “rabi, pemimpin, bapa” karena “sebutan-sebutan itu sering dipakai untuk memperkaya diri, mencari popularitas, menjadi tuan-tuan besar dan lain-lain dengan membebani orang lain”. Maka, ditegaskan bahwa siapa pun yang memimpin, motivasinya adalah melayani, jiwanya adalah jiwa seorang hamba dengan memberikan teladan yang baik. Melalui pelayanan, tindakan yang tulus harian dengan setia, orang dihargai dan layak disebut guru/pemimpin kehidupan. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *