Renungan Harian 14 Agustus 2025

Hari ini kita memperingati 1 orang kudus, yaitu St. Maximilian Kolbe. Dia adalah seorang imam yang bersama dengan umat Katolik lainnya ditahan oleh pasukan Nazi Jerman dan dimasukkan di penjara Auswitch – Polandia. Dia merelakan dirinya untuk menggantikan seorang bapak yang akan dihukum mati.

Dalam Keb 3: 1-9 dikisahkan: “Jiwa orang benar ada di tangan Allah, dan siksaan tiada menimpa mereka. Menurut pandangan orang bodoh mereka mati nampaknya, dan pulang mereka dianggap malapetaka, dan kepergiannya dari kita dipandang sebagai kehancuran, namun mereka berada dalam ketenteraman. Kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia, harapan mereka penuh kebakaan. Setelah disiksa sebentar mereka menerima anugerah yang besar, sebab Allah hanya menguji mereka, lalu mendapati mereka layak bagi diri-Nya.

Laksana emas di dapur api diperiksalah mereka oleh-Nya, lalu diterima bagaikan korban bakaran. Maka pada waktu pembalasan mereka akan bercahaya, dan laksana bunga api berlari-larian di ladang jerami. Mereka akan mengadili para bangsa dan memerintah sekalian rakyat, dan Tuhan berkenan memerintah mereka selama-lamanya. Orang yang telah percaya kepada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya, sebab kasih setia dan belas kasihan pilihan-Nya.

Yohanes dalam injilnya (Yoh 15: 9-17) mewartakan sabda Yesus: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk para sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, hidup benar di hadapan Allah, membuat semua peristiwa yang dialami manusia “terasa ringan dan membahagiakan” meski ada beban berat, sakit, hinaan, siksaan bahkan pembunuhan. Mengapa demikian? Itu karena Tuhan menyertai dan menjamin kehidupan kekal. Itulah yang dialami St. Maximilian Kolbe, yang rela menyerahkan nyawa demi Kristus dan hidup sesamanya. Di dalam dan bersama Kristus, kita juga mampu untuk menjalani saat-saat yang berat dan menyakitkan.

Dua, Yesus menyebut kita sebagai “sahabat-Nya” dan memilih kita untuk meneruskan karya keselamatan-Nya. Marilah kita bersyukur atas sebutan istimewa itu (=sahabat), dan atas kepercayaan untuk menjadi utusan-Nya. Tidak semua orang mendapat anugerah itu. Maka, hendaknya kata-kata, sikap dan hidup kita semakin diselaraskan dengan sebutan itu, sehingga orang yakin bahwa kita adalah sahabat-Nya. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *