
Minggu Biasa XVII
Minggu, 27 Juli 2025
Bacaan I : Kej 18:20-32
Bacaan II : Kol 2:12-14
Bacaan Injil : Luk. 11:1-13
Doa yang Paling Sempurna
Merenungkan bacaan Injil pada hari Minggu ini, saya teringat akan acara Talk Show yang dipandu oleh Jaya Suprana. Dalam acara itu hadirlah Gus Dur sebagai narasumber. Dengan gaya humor dan rileks, Gus Dur bercerita tentang obrolan antara tiga pemuka agama, yaitu seorang pendeta Hindu, seorang pastor Katolik, dan seorang kiai. Topiknya: Siapa yang paling dekat dengan Tuhan.
“Kami, dong,” kata Pendeta Hindu. “Kok kalian bisa merasa paling dekat dengan Tuhan?” tanya Pak Kiai. “Lah, iya. Lihat saja, kami memanggil-Nya saja Om. Om, shanti, shanti Om”, jawabnya, merujuk seruan religius Hindu.
“Oh, kalau alasannya itu, sih, kami dong yang lebih dekat. Lihat saja, kami memanggilnya ‘Bapa’. ‘Bapa’ kami yang ada di surga…”, kata Pastor. Sang kiai diam saja. Lalu kedua teman bicaranya bertanya, “Kalau Pak Kiai, sedekat apa hubungannya dengan Tuhan?” Jawabnya, “Dhuh, boro-boro dekat. Kami memanggil-Nya saja dari menara, pakai toa, pengeras suara.”
Bacaan Injil hari ini mengisahkan bagaimana Tuhan Yesus mengajari para murid berdoa. Yesus mengajari doa Bapa Kami. Para murid diajak Yesus untuk menyebut Allah sebagai Bapa. Bagi Santo Thomas Aquinas, Doa Bapa Kami adalah doa yang paling sempurna (KGK no. 2763). Menurut Tertullianus, doa Bapa Kami adalah kesimpulan atau ringkasan seluruh Injil (KGK, no. 2761).
Doa adalah komunikasi dengan Allah untuk memuji, mengucap syukur, dan mengajukan permohonan. Itulah sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya agar doa dimulai dengan memuji Allah sebagai Bapa. Karena Yesuslah kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Kita adalah anak-anak Allah. Apa nggak hebat dan bangga kita ini? Yesus mengajak kita untuk memuji Allah, bersyukur dan baru memohon kepada-Nya.
Doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian, baik untuk kepentingan Allah maupun kepentingan kita. Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Allah Bapa kepada kita.
Selain mengajari doa Bapa Kami, Tuhan Yesus juga mengajak para murid untuk menghayati MCK ala Yesus untuk hidup rohani. Kalau hidup jasmani kita sangat membutuhkan MCK (Mandi, Cuci Kakus), apalagi hidup rohani kita. Apa MCK hidup rohani kita? MCK-nya adalah Mintalah, Carilah, dan Ketoklah. Ditegaskan oleh Tuhan Yesus, ”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”. Sebagai anak-anak-Nya, kita disadarkan untuk meminta kepada-Nya, bukan minta kepada yang lain. Kita diajak untuk mencari bersama Dia. Dan kita diundang untuk mengetok pintu rumah-Nya dengan tiada bosan dan menyerah.
Bagaimana kita meminta pada Tuhan? Salah satunya melalui berdoa adorasi. Tak jarang saat di depan Sakramen Mahakudus atau tabernakel, kita sering hanya diam. Tak banyak bicara. Tanpa disadari kadang tiba-tiba keluar air mata, baik air mata syukur, gembira atau sedih. Kapel Seminari TOR Jangli Semarang dibuka untuk umat yang mau beradorasi pribadi dari pukul 08.00 sampai 20.00 WIB. Umat berdatangan dari berbagai tempat untuk beradorasi secara pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus. Lalu pukul 18.00-18.45 ada jeda sebentar untuk misa harian sore yang ditutup dengan berkat Sakramen Mahakudus keliling. Tuhan menyapa umat satu per satu dalam keheningan.
Dengan hening dan berserah di hadapan Tuhan, muncul kelegaan, kekuatan, dan kedamaian dalam hati. Mungkin belum ada jalan keluar atas pergulatan hidup saat itu juga, tetapi terasa ada kekuatan dan energi baru yang menguatkan untuk melangkah ke depan. Saya sering mengibaratkan bahwa doa itu ibarat payung. Payung tidak bisa menghentikan hujan, tetapi bisa dipakai untuk berjalan melewati hujan. Demikian pula dengan doa kita. Doa tidak serta merta langsung menghentikan masalah kita, tetapi doa bisa memberi kita kekuatan untuk menghadapi masalah itu.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini? Bagaimana penghayatan Anda terhadap doa Bapa Kami selama ini? Adakah pergulatan hidupmu saat ini yang perlu Anda bawa kepada Tuhan?#
Yohanes Gunawan, Pr
Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,
Jangli – Semarang