Menghidupi Semangat Mgr. Soegijapranata dalam Peringatan Wafat ke-62 Tahun

Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ merupakan Uskup Pribumi Pertama sekaligus pahlawan nasional yang memiliki andil besar dalam mendukung kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi.

Sekilas Perjuangan

Saat menjabat sebagai Vikaris Apostolik Semarang (1940) dan Uskup Keuskupan Agung Semarang (1949), Mgr. Soegijapranata memainkan peran penting dalam masa Revolusi Fisik. Pada masa itu, ia menjembatani komunikasi antara pemimpin nasional dengan dunia internasional, serta menggunakan kapasitasnya untuk meredam konflik dan mendukung diplomasi. Salah satu langkah strategis yang beliau lakukan adalah mengirim surat resmi kepada Vatikan, meminta agar Indonesia diakui kemerdekaannya. Langkah ini terbukti memperkuat posisi Indonesia di mata dunia internasional saat itu. Selain itu, ia juga mendorong para misionaris dan umat Katolik asing untuk mendukung perjuangan Indonesia. Sementara di dalam negeri, Uskup kelahiran Surakarta, 25 November 1896 itu mempromosikan dialog antar agama untuk memperjuangkan hak rakyat.

Sempat mengenyam pendidikan di Belanda, ia dikenal sebagai uskup yang cerdas dan berwawasan luas, namun rendah hati. Dikenal juga dengan semboyan khasnya, “100% Katolik 100% Indonesia,” beliau juga memperjuangkan inklusivitas dan keterlibatan umat Katolik dalam membangun bangsa. Slogan tersebut juga tercermin ketika ia menjadikan Gereja sebagai tempat perlindungan bagi pengungsi dan korban perang akibat agresi militer Belanda.

Menggali dan Menghidupi Warisan

Kini, sudah genap 62 tahun sejak kepergian Mgr. Soegijapranata pada 22 Juli 1963 di Belanda. Memperingati wafatnya beliau, Soegijapranata Catholic University (SCU) atau Unika Soegijapranata Semarang, mengajak segenap sivitas akademika, Pemuda Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) untuk mengenang kembali semangat Mgr. Soegijapranata. Mereka mengikuti Perayaan Ekaristi yang dipimpin Romo Marcellinus Tanto, Pr, Romo Sbastianus Prasetya Aditama N, Pr, Romo Paulus Erwin Sasmita, Pr, dan Romo Bernadus Himawan, Pr pada Selasa (22/7) di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal, Semarang.

Rektor SCU, Dr. Ferdinandus Hindiarto mengatakan, pihaknya tiap tahun rutin mengadakan misa untuk memperingati wafatnya Mgr. Soegijapranata sebagai patron universitas. “Terus mewarisi, menggali, dan menghidupi nilai-nilai beliau. Salah satunya yang kami tekankan 3 tahun terakhir, bagaimana setiap perjumpaan yang beliau lakukan bersama siapapun bisa mengubah dan menggerakkan,” ungkapnya.

Semangat tersebut menurut keterangannya sejalan dengan perhatian kampus dalam mendidik mahasiswa dan melatar belakangi tema besar Dies Natalis ke-43 SCU yang jatuh pada 5 Agustus 2025, “Spiritualitas Perjumpaan: Pendidikan Personal dan Iklusif yang Mengubah dan Menggerakkan.” “Kami ingin ‘perjumpaan yang mengubah’ selalu ada untuk menggerakkan mahasiswa menjadi pribadi yang lebih matang. Sehingga, kampus, khususnya Perguruan Tinggi Katolik, bukan hanya sebatas ruang perkuliahan, melainkan ruang terciptanya ‘perjumpaan’ itu,” tandasnya.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *