Renungan Harian 20 Juli 2025

Minggu Biasa XVI

Minggu, 20 Juli 2025

Bacaan I          : Kej 18:1-10a

Bacaan II        : Kol 1:24-28

Bacaan Injil     : Luk 10:38-42

Mengembangkan Semangat Hospitalitas

Merenungkan bacaan Injil hari Minggu ini sangat menarik. Tampilnya tokoh-tokoh perempuan, Marta dan Maria, merupakan sebuah gebrakan dan kebaruan dari Tuhan Yesus. Pada masa itu, peran perempuan sama sekali tidak di perhitungkan. Marta justru berinisiatif menyambut Yesus di rumahnya di Betania dengan ramah.

Waktu itu Tuhan Yesus dan para murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem. Nama ‘Betania’ berasal dari bahasa Aram Ibrani (bahasa Ibrani: beit-te’enah, beit berarti rumah; te’enah berarti pohon ara), artinya: rumah dari (pohon) ara. Kampung Betania memang dekat Yerusalem. Jaraknya sekitar 2 mil dari Yerusalem dan terletak 1,5 mil (sekitar 2,4 km) di lereng sebelah tenggara dari Bukit Zaitun.

Saat Yesus mampir, Dia disambut dengan semangat hospitalitas, hangat dan penuh sukacita oleh keluarga Marta-Maria. Mereka berdua adalah sahabat Yesus dalam suka duka, teman sharing dan curhat. Mereka menyambut Yesus dengan caranya masing-masing secara khas. Marta menyibukkan diri untuk mempersiapkan segala hidangan (makanan-minuman). Sedangkan Maria dengan nyaman menyambut Yesus melalui kerinduannya mendengarkan ajaran Tuhan Yesus.

Yang dilakukan Maria sebenarnya kebiasaan pria pada waktu itu: duduk berbicara dengan tamu. Yang dilakukan Marta adalah pekerjaan perempuan: sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjamu tamu. Tuhan Yesus hadir membawa pembaruan bagi mentalitas lama itu, yaitu memberi tempat pada peran perempuan yang setara dengan pria: semua sama haknya dalam hal berbicara, mendengar maupun melakukan pekerjaan rumah tangga.

Yesus juga mengajarkan bahwa mendengar Sabda Tuhan maupun melakukan aktivitas pelayanan merupakan dua hal yang tak terpisahkan dan saling melengkapi. Keduanya dapat dilakukan, baik pria maupun wanita. Dalam iman Kristiani, dimensi kontemplatif dan aktif merupakan satu-satu kesatuan tak dipisah-pisahkan.

Dalam masyarakat Jawa, kita mengenal ungkapan “Urip ing donya iki mung mampir ngombe”. Artinya, hidup di dunia hanya sementara. Manusia hidup di dunia ini adalah ‘mampir ngombe’ (mampir/singgah untuk sekadar melepas dahaga). Hal ini menggambarkan bahwa dunia ini hanya tempat persinggahan yang sementara.

Meski hanya mampir, tetap ada tugas misi yang harus dijalankan, seperti Tuhan Yesus lakukan di rumah Marta-Maria, yakni bagaimana kehadiran kita membawa sukacita dan memberikan peneguhan satu sama lain pada zaman sekarang ini.

Seberapa lama kita mampir (hidup di dunia) tidak penting. Yang lebih penting, apa yang kita lakukan selama mampir ini dan bagaimana kita memaknai serta mengisi hidup di dunia ini. Pertanyaan refleksinya, bagaimana Anda mengisi (memaknai) hidup Anda di dunia yang hanya sementara ini? Apa saja bentuk hospitalitas Anda jika ada orang yang bertamu di rumah Anda?#

Yohanes Gunawan, Pr

Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,

Jangli – Semarang

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *