
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Antonius Subianto Bujamin OSC bersyukur atas konklaf (7-8 Mei 2025) yang berjalan sukses dan cepat. “Sebagaimana kita tahu bahwa konklaf diadakan pada tanggal 7 Mei yang lalu, diikuti oleh 133 kardinal dari 135 kardinal yang mempunyai hak suara. Dua di antaranya tidak hadir karena alasan kesehatan. Konklaf kali ini berjalan dengan relatif baik, cepat juga. Dalam waktu 25 jam sejak konklaf dibuka terpilihlah Kardinal Robert Francis Prevost OSA sebagai Paus yang memilih nama Leo XIV,” katanya kepada awak media, 10 Mei 2025.
Seperti info yang didapatnya dari Bapak Ignatius Kardinal Suharyo, selama masa duka itu ada pertemuan-pertemuan para kardinal setiap hari yang berbicara tentang figur Paus yang akan datang. “Rasa-rasanya, harapan-harapannya itu mengarah pada figur Fransiskus II yang akan meneruskan. Dan rupa-rupanya suara itu sejak awal, sejak pemilihan sudah tertuju kira-kira siapa yang akan terpilih. Maka, tidak begitu lama terpilihlah Kardinal Robert Prevost sebagai Paus. Dan para kardinal ini yang hadir di sana menerima dengan sukacita Paus Leo XIV ini. Dan ini Paus dari Ordo Santo Agustinus yang pertama ya,” katanya.
Paus Leo XIV, sambungnya, adalah paus pertama yang lahir di Amerika Serikat dan berkebangsaan, berkewarganegaraan Peru. “Mudah-mudahan ini dua kombinasi yang luar biasa. Latar belakang negara maju yang kita tahu super power dengan negara Peru, Amerika Selatan, pinggiran, banyak kaum miskin, banyak kaum menderita, ini menjadi kombinasi yang luar biasa,” lanjutnya.
Mgr Anton mengatakan, 10 tahun yang lalu, Paus Fransiskus itu melihat dalam diri sosok seorang imam yang mungkin adalah cerminan dirinya. Maka, pada 2014, Pater Robert Prevost diangkat menjadi administrator Keuskupan Cichlayo di Peru, tahun 2015 menjadi uskup Cichlayo dan kemudian 2023 dipanggil ke Roma menjadi kardinal dan menjadi prefek atau Kepala Dikasteri, Komisi untuk Para Uskup yang terkait dengan pemilihan para uskup untuk negara-negara maju atau Gereja-gereja maju. Selanjutnya, Kardinal Prevost menjadi Presiden Duta Perdamaian untuk Gereja-gereja di Amerika Latin.
“Saya bilang ini kembarannya, kembaran Paus Fransiskus yang lebih muda, hidup sederhana ya, penuh bela rasa, hidup suci, penuh dedikasi yang muncul di dalam pribadi Kardinal Robert Francis Prevost,” katanya.
Mengapa Kardinal Prevost ketika terpilih menjadi Paus tidak memakai nama Fransiskus II? “Ini tafsiran ya, bisa mudah-mudahan tidak salah ya. Sejauh yang saya amati, yang saya yakini, maka saya menduga begini. Dia ingin, ingin melanjutkan karya pastoral menghadirkan Paus Fransiskus dengan gebrakan Leo XIII. Dan kita tahu siapa Leo XIII. Itu adalah Paus yang pertama menerbitkan ensiklik, ajaran sosial Gereja Rerum Novarum pada 15 Mei 1891, yang kemudian menjadi dasar ajaran-ajaran sosial Gereja setelah itu. Maka seluruh ajaran sosial Gereja yang sekarang diungkapkan dan juga diajarkan oleh Paus termasuk oleh Paus Fransiskus itu adalah berdasar pada Rerum Novarum ini. Dan gebrakannya luar biasa kalau kita perhatikan itu seakan-akan situasi 1891 itu sama ada dialami sendiri dengan kompleksitas lebih rumit. Maka, hal ini tidak hanya diatasi dengan gebrakan moral, tetapi dengan pendekatan spiritual, kasih dan bela rasa.
Maka, sesaat setelah terpilih, Paus Leo XIV pertama tampil mengatakan “Damai sejahtera bagi kalian semua.” Menurut Mgr Anton, itu adalah kata-kata Yesus yang disampaikan ketika pertama muncul, waktu para murid-Nya sedang mengalami down karena dunia seakan-akan kacau semua, Yesus andalannya wafat. “Damai sejahtera bagi kamu”, lanjut Mgr Anton, memberi harapan seakan-akan mengajak juga kepada kita mari dalam situasi seperti saat ini kalau orang mengatakan krisis moral, krisis ekonomi, krisis politik, krisis sosial, mari kita tetap berharap, mari kita berjuang dan kalianlah duta-duta perdamaian dan duta-duta damai sejahtera.
Paus Leo XIV juga mengajak siapapun untuk bersama membangun “jembatan” dan berjalan bersama. Kepada para Kardinal, ia mengajak, “Mari para Bapak Kardinal, berjalanlah bersama dengan saya. Saya tidak bisa berjalan sendiri. Saya membutuhkan para Bapak Kardinal untuk menggembalakan Gereja membawa perdamaian ini.”
Paus Leo XIV berharap, Gereja Katolik dan semua orang yang berkehendak baik bersama-sama membangun dunia yang lebih damai. “Saya kira figur, teladan, kehidupan, karya Paus Fransiskus akan kita lihat dalam diri Paus Leo XIV dengan penerapan-penerapan kebijakan dan tindakan pastoral yang saya kira disesuaikan dengan situasi yang dalam dinamika sosial politik yang terus-menerus kian cepat,” katanya.
Yang menarik dan menjadi bonus bagi Mgr Anton. Pada 22 tahun yang lalu, saat menjadi Superior Jenderal Ordo Fratrum Sancti Agustini (OSA), Pater Prevost pernah ke Indonesia di Keuskupan Manokwari, Sorong.
“Artinya pasti mendarat Indonesia dan kemudian ke tanah Papua. Jadi, bonusnya adalah bagi kita beliau sudah mengenal kita dan Indonesia,” katanya. Mgr Anton berharap, Indonesia ada di hati Paus Leo XIV.
Maka, Mgr Anton menulis surat ucapan selamat kepada Paus XIV seraya mengingatkan beliau, bahwa beliau pernah berkunjung ke Indonesia sebagai Superior Jenderal. “Siapa tahu dengan kemurahan hatinya pada suatu hari juga berkunjung ke Indonesia sebagai paus ya,” katanya.
Terkait dengan Paus Leo XIV, Mgr Anton merasa optimis dan bersukacita bahwa apa yang telah diperjuangkan oleh Paus Fransiskus selama 12 tahun akan diteruskan oleh beliau karena jauh lebih muda (69 tahun) dibanding Paus Fransiskus sejak terpilih menjadi Paus.
“Maka, Gereja Katolik diharapkan juga, menyuarakan suara kenabian untuk mewujudkan perdamaian dunia, membela mereka yang miskin, lemah dan menderita,” katanya.
Mgr Anton melihat cerminan Paus Fransiskus dalam diri Paus Leo XIV.
“Saya mengatakan cerminan Paus Fransiskus ada dalam diri beliau dan menggunakan gebrakan baru. Maka kesimpulan, siapakah Paus Leo XIV ini, yaitu Paus Fransiskus yang bangkit dengan semangat gebrakan Paus Leo XIII,” katanya.
Dengan kepemimpinan Paus Leo XIV, Mgr Anton berharap, bukan hanya dunia yang makin berkembang dalam perdamaian dan kesejahteraan, tetapi juga Indonesia.
“Mudah-mudahan Indonesia yang baru saja dikunjungi oleh Paus Fransiskus belum 1 tahun ya, dengan tema iman, persaudaraan, dan bela rasa di mana iman yang teguh pada Tuhan itu menghasilkan komitmen yang kuat pada manusia dan diwujudkan dalam bela rasa konkret, dan persis apa yang dihidupi oleh Paus Fransiskus itu, kita jumpai dalam Paus Leo XIV. Kita doakan Paus Leo XIV semoga sehat, kuat penuh berkat, dapat menggembalakan bukan hanya Gereja Katolik seluruh dunia, tetapi juga menjadi contoh dan teladan figur bapak kemanusiaan bagi seluruh dunia,” harapnya.