
Satu hal menarik dan lucu tentang konklaf disampaikan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo dalam Misa Syukur Paus Leo XIV dan Hari Minggu Paskah V, Minggu, 18 Mei 2025. Dalam proses konklaf ditemukan 2 handphone (HP). Ketika ditanyakan tentang pemilik HP tersebut tidak ada yang menjawab. Ketika diketahui nomor HP yang menginformasikan asal negara bersangkutan, ada kardinal yang menjawab. Apa yang sebenarnya terjadi? Berikut ini adalah homili lengkap yang disampaikan Kardinal Suharyo.
Para Ibu dan Bapak, para Suster, Bruder, kaum muda, remaja, dan anak-anak yang terkasih,
Kita semua bersyukur karena Tuhan telah memberikan pemimpin baru kepada kita semua, kepada Gereja Katolik. Bapak Uskup Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia, Bapak Anton Subianto, mewakili umat Katolik Indonesia hadir di dalam inagurasi pada hari ini. Dan kita semua umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta juga ingin bersyukur atas anugerah Tuhan yang sangat istimewa ini.
Kita semua tahu peristiwa ini disiarkan lewat berbagai macam media massa. Salah satu buahnya saya yakin Gereja Katolik semakin dikenal. Sesudah pemakaman Paus Fransiskus yang begitu istimewa, pemilihan Paus yang baru Paus Leo XIV dan inagurasinya pada hari ini, saya yakin sungguh-sungguh merupakan berkat besar bagi Gereja, Gereja Katolik semakin dikenal, moga-moga juga semakin dicintai,
baik oleh umatnya sendiri maupun umat dari komunitas-komunitas agama yang berbeda. Dan kita semua tahu, konklaf, pemilihan Paus, pemilihan ketua, pemimpin Gereja Katolik dan pimpinan Kota Vatikan dilaksanakan dengan cara yang sangat istimewa. Tidak ada kampanye. Tidak ada gosip. Tidak ada intrik. Pasti tidak ada suap. Kalau ada pasti saya menerima. Tidak ada permainan uang. Semua berjalan sangat mulus. Semua berjalan sungguh-sungguh atas daya kuasa Roh Kudus yang mempersatukan. Sehingga pemilihan itu sangat cepat.
Ada yang nakal. Para Bapak kardinal itu, kenapa pemilihannya cepat? Karena makanannya tidak cocok, katanya. Maka dipercepat supaya bisa keluar dari rumah itu dan makan menurut pilihannya masing-masing.
Lebih daripada semuanya itu kami yang hadir di tempat itu sungguh merasakan, betapa Roh Kudus berkarya. Sebelum konklaf ada 9 hari pertemuan-pertemuan para kardinal. Dan sejauh saya membaca tahu laporannya, gagasannya bermacam-macam. Bukan main banyak sekali. Pemimpinnya sidang mengatakan bahwa kalau ditumpuk usulnya itu segini ini, kertas-kertas pidatonya para Bapak Kardinal itu. Sehingga kami kuatir kalau nanti masuk konklaf apa yang akan terjadi? Apakah akan ada tanda petik “persaingan”? Ternyata sama sekali tidak. Semua sangat mulus. Tidak terduga sebelumnya. Tidak ada yang marah. Tidak ada yang kecewa, juga kalau ada kesalahan-kesalahan, karena banyak para kardinal yang sudah sepuh. Jadi diberi kartu dua dimasukkan semua, padahal mestinya satu. Sehingga pemilihan harus diulang.
Kami semua diperiksa oleh polisi Vatikan supaya tidak ada seorang pun yang bisa membawa alat-alat komunikasi. Tetapi ternyata di dalam konklaf masih ditemukan dua alat komunikasi, HP. Ketika ditanya siapa yang masih punya HP di sini? Tidak ada jawaban. Ya, karena sepuh itu, jadi tidak merasa. Baru ketika dikatakan ini nomornya dari negara ini, baru kemudian, oh iya ketemu dari para kardinal yang dari negara itu. Tetapi semuanya tidak ada yang marah, tidak ada yang jengkel. Semuanya malah tertawa. Sadar bahwa kita semua ada yang muda, ada yang senior, ada yang pelupa dan sebagainya.
Kita berharap, di bawah kepemimpinan Paus Leo, Gereja dapat terus mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkan ajaran-ajarannya, khususnya ajaran sosial Gereja.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Saya ingin mengusulkan satu renungan atas dasar semboyan yang dipakai oleh Paus Leo XIV. Semboyannya dalam bahasa Latin “In Illo Uno Unum”. Artinya, di dalam Dia yang satu, kita semua satu. Dia yang satu tentu saja adalah Kristus. Dan kita karena mempunyai iman, harapan, dan kasih yang sama, kendati kita berbeda beda diharapkan dapat menjadi satu.
Saya membacanya, memahaminya di dalam terang sabda Tuhan yang kita dengarkan pada hari ini. Yang mempersatukan kita adalah kasih Kristus. Di dalam Injil dikatakan “Aku telah mengasihi kamu. Demikian kamu harus saling mengasihi.”
Katanya yang dipakai sama, kasih, tetapi artinya berbeda. Kasih Kristus itu adalah kasih yang sempurna. Kasih manusia itu tidak ada yang sempurna.
Kalau yang menyatukan adalah kasih manusia, pasti segala macam masalah timbul, dan ternyata demikian. Sehingga dari situ kita bisa mengambil kesimpulan, kalau kita sungguh-sungguh ingin menjadi satu, “In Illo Uno Unum”, maka kita mesti menanggapi panggilan Tuhan untuk kita semua manusia, yaitu bertumbuh menuju kesempurnaan kasih. Bukan kasih manusiawi tetapi kasih Kristus.
Konsepnya gampang diucapkan, tetapi bertumbuh menuju kesempurnaan kasih seperti kasih Kristus, itu adalah perjuangan sehari-hari yang tidak akan pernah selesai. Kita mengharapkan kasih, tetapi yang terjadi apa, konflik, perang dan segala macam hal seperti itu.
Maka yang kedua, yang perlu kita perhatikan adalah kutipan dari kitab Wahyu. Dikatakan bahwa pada akhirnya akan ada langit baru, bumi baru yang turun dari surga, Yerusalem baru yang turun dari surga. Persatuan kesempurnaan kasih itu tidak mungkin disempurnakan oleh manusia.Akhirnya kalau kita menjadi bersatu itu adalah karya Allah. Dan di situlah masuk gagasan tentang pengharapan. Realitas kehidupan kita tidak pernah sama dengan yang kita cita-citakan. Ketika jarak antara cita-cita dan realitas itu semakin jauh, ada bahaya besar bahwa kita menjadi
kecil hati, bahkan putus asa. Kutipan dari kitab Wahyu mengajak kita untuk terus berharap. Kalaupun realitas tidak sama dengan cita-cita, kita terus berharap. Itulah makna dari tahun Yubileum tahun ini menjadi peziarah pengharapan.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Di dalam rasa syukur atas anugerah Tuhan bagi Gereja Katolik, bagi kita semua, marilah kita terus bertumbuh atas dasar kesadaran bahwa kita ini dipanggil menuju kesempurnaan kasih, atas dasar keyakinan bahwa akhirnya pengharapan kita tidak sia-sia. Itulah yang dikatakan oleh Rasul Paulus yang menjadi kunci dari Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta, setiap ada arah dasar. Kalimat yang terakhir bunyinya begini, “Saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, giatlah selalu di dalam pekerjaan Tuhan, sebab kamu tahu dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
Dengan keyakinan itu, marilah kita lanjutkan ibadah kita.