
Melalui 2Kor 1: 18-22 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak “ya” dan “tidak”, karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah “ya” dan “tidak”, tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada “ya”. Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah.
Dia yang telah meneguhkan kami bersama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan atas semua yang telah disediakan untuk kita.
Matius dalam injilnya (Mat 5: 13-16) mewartakan sabda Yesus: “Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka, karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
Hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Maka, berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, bagi Paulus dan para murid-Nya, Yesus Kristus dan semua janji-Nya adalah “ya”. Mereka tidak ragu-ragu sedikit pun tentang hal itu. Maka, mereka pun mendorong dan meneguhkan umatnya untuk percaya penuh kepada Kristus Tuhan yang setia pada janji-Nya. Kini giliran kita yang sudah yakin, untuk meyakinkan saudara-saudari kita agar teguh mengimani Kristus Tuhan dan semua janji-Nya.
Dua, dengan jelas dan terus terang Yesus mengajar para murid-Nya dan orang banyak dengan perumpamaan. Alasannya, mereka (tampaknya) sudah melihat tetapi ternyata tidak melihat, mereka sepertinya mendengar namun tidak mendengar. Itu berarti mereka tidak mengerti apa-apa yang Yesus ajarkan. Kalau teruskan, semuanya tidak efektif.
Maka, Yesus memakai perumpaan agar ajaran-Nya lebih mudah dipahami. Dia memberikan teladan bahwa para pengajar perlu paham akan keadaan/keterbatasan umatnya dan siap untuk menggunakan cara-cara yang lebih efektif dan menghasilkan buah. Membuat umat bahagia karena memahami dan yakin akan Kristus, adalah lebih bijaksana daripada bertahan pakai cara lama namun tidak efektif/bikin bingung. Amin.
Mgr Nico Adi MSC