Renungan Harian 1 Juni 2025

Minggu Paskah VII

Hari Minggu Komunikasi Sedunia

Minggu, 1 Juni 2025

Bacaan I          : Kis. 7:55-60

Bacaan II        : Why. 22:12-14,16-17,20

Bacaan Injil     : Yoh. 17:20-26

Mengembangkan Komunikasi yang Lemah Lembut

Dalam bacaan Injil pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia hari ini, Tuhan Yesus mendoakan kita agar kita selalu bisa berada dan bersatu bersama-sama dengan Dia. “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku”. Bacaan Injil ini adalah bagian terakhir dari doa Yesus. Maka bacaan Injil hari ini perlu dipahami dalam satu keutuhan dari doa Tuhan Yesus. Bacaan Injil Yohanes bab 17 adalah doa Yesus yang diwartakan oleh Santo Yohanes Rasul dalam Injilnya. Doa Yesus tersebut bisa dikelompokkan menjadi  tiga (3) bagian, yaitu: Doa Yesus secara pribadi (Yoh 17:1-8), Doa Yesus mengenai para murid-Nya (Yoh 17:10-19), dan Doa Yesus mengenai orang-orang yang percaya atas pemberitaan murid-murid Yesus (Yoh 17:20-26).

Tuhan Yesus telah memberikan kemuliaan bagi murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemuliaan yang dari Tuhan itu memampukan orang-orang percaya mengemban perintah Tuhan. Dengan kemuliaan itu, Tuhan Yesus berdoa untuk orang-orang percaya, supaya mereka menjadi satu, agar dunia tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan supaya orang-orang percaya itu saling mengasihi.

Pada hari Minggu Paskah VII ini kita juga merayakan Hari Komunikasi Sosial (Komsos) Sedunia ke-59. Tema Hari Komsos Sedunia tahun 2025 ini adalah “Bagikanlah dengan lemah lembut harapan yang ada di hatimu,” yang diambil dari Surat Pertama Santo Petrus (1 Ptr 3:15-16). Dalam pesan yang ditulis pada Peringatan Santo Fransiskus de Sales pada tanggal 24 Januari 2025, Paus Fransiskus mengajak semua orang untuk mengubah cara berkomunikasi yang selama ini penuh agresi menjadi sesuatu yang lebih adem dan membuat damai. Diyakini bahwa komunikasi yang lemah lembut akan membawa harapan, bukan malah menimbulkan ketakutan atau kebencian.

Bapa Suci menyadari bahwa komunikasi zaman sekarang sering bukannya membawa harapan, tetapi malah membuat orang takut dan putus asa. Bahkan, kadangkala kata-kata yang dilontarkan seseorang malah bisa menjadi senjata yang membuat perpecahan. Salah satu masalah utamanya adalah pola pikir yang membuat realitas menjadi sederhana banget dan mendorong permusuhan. Para komunikator perlu lebih mengutamakan kebenaran dan kedekatan manusiawi. Artinya, bukan cuma soal ngomong yang benar, tetapi juga ngomong dengan hati yang tulus dan niat baik.

Paus Fransiskus juga menyoroti tren komunikasi modern yang sayangnya lebih banyak soal persaingan dan keinginan untuk menjadi paling dominan. Terus, bagaimana solusinya? Paus menegaskan bahwa harapan adalah kuncinya. Dengan harapan, komunikasi yang penuh agresi bisa disembuhkan. Beliau juga mengutip kata-kata Georges Bernanos, “Harapan adalah kebajikan tersembunyi, ulet, dan sabar.” Jadi, mempunyai harapan itu membutuhkan usaha dan keberanian, tapi hasilnya pasti bikin hidup jadi lebih baik.

Paus Fransiskus juga mengajak para komunikator Kristiani untuk menyampaikan pesan dengan kelembutan dan rasa hormat. Ini penting untuk membangun keterbukaan dan persahabatan. Paus bahkan menyarankan kita untuk mengembangkan budaya kepedulian lewat “kisah-kisah yang sarat harapan” yang bisa menginspirasi solidaritas dan kepercayaan di antara kita.

“Jadilah saksi dan pendukung komunikasi non-agresif; bantu menyebarkan budaya kepedulian, bangun jembatan, dan hancurkan hambatan yang ada, baik yang kelihatan maupun yang nggak kelihatan,” tegas Paus Fransiskus.

Di akhir pesannya, Paus Fransiskus mengingatkan kita semua orang supaya tetap menyebarkan harapan, meskipun keadaan lagi sulit. Menurut beliau, perayaan Yubileum adalah waktu yang tepat buat membangun komunikasi yang lebih reflektif dan penuh perhatian. Terus, beliau juga mengajak semua orang untuk mencari dan menyebarkan kebaikan di tengah dunia yang sering kali lebih banyak berita negatifnya daripada positifnya.

Pertanyaan refleksinya, sejauh mana kesatuan Anda dengan Kristus selama ini? Bagaimana upaya kita untuk membawa harapan bagi orang-orang di sekitar? Apa saja tantangan yang dialami saat menyebarkan kebaikan kepada sesama?

Yohanes Gunawan, Pr

Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,

Jangli – Semarang

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *