Renungan Harian 19 Januari 2025

HARI MINGGU BIASA II

Minggu, 19 Januari 2025

Bacaan I          : Yes 62:1-5

Bacaan II        : 1 Kor 12:4-11

Bacaan Injil     : Yoh 2:1-11

Aku peduli, maka aku ada

Dalam aneka kepanitiaan (Natal, Paskah, Ulang Tahun Paroki, kaderisasi kaum muda, dsb.), kadangkala terjadi seperti ini: pada awalnya kekurangan dana, lalu dalam perjalanan muncul aneka kepedulian dan berkat Tuhan, dan pada akhirnya terjadi kecukupan, bahkan kadang terjadi kelimpahan. “Kekurangan” tak jarang mewarnai hidup kita: kekurangan tenaga imam, kekurangan kasih sayang, kurang perhatian dalam keluarga, kekurangan kesetiaan pada perkawinan, kekurangan waktu untuk mengurus anak, dan sebagainya.

Kekurangan yang ada membutuhkan kepedulian untuk saling melengkapi satu sama lain. Maka, kehadiran Tuhan Yesus dan Bunda Maria dalam keluarga kita menjadi sangat penting. Situasi itu pula yang terjadi dalam perjamuan nikah di Kana. Ada tiga situasi dalam peristiwa itu, yaitu: kekurangan, kepeduliaan, dan kecukupan. Sang tuan rumah yang mengadakan pesta perkawinan mengalami kekurangan anggur. Lalu ada kepedulian dari Bunda Maria, para pelayan dan Tuhan Yesus. Akhirnya sang tuan rumah mengalami kecukupan anggur untuk para tamunya.

Bunda Maria mempunyai peranan dan kedudukan yang istimewa dalam Gereja Katolik. Santo Yohanes Paulus II (1920-2005) menggaungkan kembali ajaran Gereja tentang Bunda Maria dalam ensikliknya Redemptoris Mater (RM), yang dikeluarkan pada tanggal 25 Maret 1987. Ensiklik ini merupakan dokumen tentang Bunda Maria yang paling berorientasi Biblis dan Ekumenis dalam sejarah Gereja.

Bapa Suci Yohanes Paulus II menegaskan bahwa Gereja memandang Maria secara keibuan hadir dan ikut ambil bagian pada banyak permasalahan rumit yang hari ini dihadapi oleh hidup orang per orang, keluarga-keluarga dan bangsa-bangsa. Hal ini menyatakan bahwa Bunda Maria sungguh peduli dan mau terlibat dalam setiap perjuangan hidup kita di dunia ini. Peristiwa mukjizat di Kana menjadi salah satu contoh peranan Bunda Maria.

Peristiwa mukjizat di Kana menjadi contoh peranan Bunda Maria (Bdk. Yoh 2:1-11). Inilah yang menjadi dasar biblis devosi pada Bunda Maria sebagai pengantara (mediatrix). Bunda Maria datang untuk menolong kebutuhan manusia. “Di Kana, berkat perantaraan Maria dan ketaatan para pelayan, Yesus mulai dengan ‘saat-Nya’. Di Kana Maria menunjukkan kepercayaannya kepada Yesus: Iman Maria menyebabkan tertampilkannya ‘tanda’ pertama Yesus dan membantu membangkitkan iman para murid” (RM, no. 21).

Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita akan pitutur leluhur orang Jawa yang mengatakan: “Bapak dienggo umpak, simbok dienggo tombok, simbah dienggo tambah, lan Gusti ingkang njangkepi”. Dalam kehidupan bersama ini kita membutuhkan sikap peduli untuk saling melengkapi. Bapak menjadi dasar hidup berkeluarga, kekurangan bapak ditomboki (ditutup) oleh ibu, kehadiran simbah (kakek-nenek) menambah berkah untuk putra wayah (misal: mengantar-menjemput cucu ke sekolah karena ortunya sibuk kerja, memberi tambahan uang saku, mendoakan tiap hari, dsb.). Dan akhirnya, Tuhan menyempurnakan dan melengkapi usaha kita manusia dengan berkat-Nya.

Pertanyaan refleksinya: Bagaimana kepeduliaan Anda kepada saudara-saudari yang berkekurangan selama ini? Apa saja yang bisa diiupayakan untuk mewujudkan kepedulian dalam hidup bersama pada zaman sekarang ini? Mari kita saling peduli dan memberi atensi satu sama lain dalam hidup ini. Aku peduli, maka aku ada.

Romo Yohanes Gunawan, Pr

Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,

Jangli – Semarang

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *