HARI MINGGU ADVEN III
15 Desember 2024
Bacaan I : Zef 3;14-18a
Bacaan II : Flp 4:4-7
Bacaan Injil : Luk 3:10-18
Menjadi saksi yang RSJ
Pada hari ini kita memasuki Minggu Adven III atau disebut juga Minggu Gaudete (Minggu Sukacita). Lilin yang dinyalakan ada 3 buah dan lilin berwarna merah muda (jingga) mulai dinyalakan sebagai ungkapan sukacita, karena masa penantian telah berjalan setengah dan akan segera berakhir. Suasana liturgi Minggu ini lebih mengajak kita untuk bersukacita. Kalau pada Minggu Adven I dan II, kita diajak untuk melakukan pertobatan (dengan berjaga-jaga dan mempersiapkan jalan bagi Tuhan). Pada Minggu Adven III ini, kita diajak untuk meneladan Yohanes Pembaptis yang menjadi Saksi Kristus. Kita juga dipanggil untuk menjadi saksi Kristus pada zaman sekarang ini dengan membawa terang bagi semua orang.
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita, kita bisa menjumpai dan mengenal orang-orang yang menjadi saksi. Ada saksi mata yang melihat langsung peristiwa atau kejadian tertentu, atau minimal berada di dekat Tempat Kejadian Perkara (TKP). Ada juga saksi di pengadilan yang biasanya disumpah dulu sebelum menceritakan kebenaran atau memberikan kesaksian atas si terdakwa. Ada saksi Manten (pengantin) yang biasanya dipilih orang yang mengenal calon manten dan ikut mendampingi calon manten dari persiapan sampai membangun hidup berkeluarga.
Sabda Tuhan yang kita renungkan hari Minggu Adven III ini berbicara tentang kesaksian. Dalam memberikan kesaksian, seorang saksi biasanya dituntut mempunyai kualitas tertentu atau keutamaan tertentu. Kualitas atau keutamaan seorang saksi dapat kita temukan dalam bacaan-bacaan pada Minggu Adven III ini. Sekurang-kurangnya, seorang saksi harus mempunyai tiga (3) kualitas hidup, yaitu: rendah hati, sukacita, dan jujur (RSJ). Itulah 3 kata kunci RSJ yang perlu kita bundeli (simpulkan) agar bisa memberikan kesaksian secara benar.
Sosok Yohanes Pembaptis menjadi contoh atau teladan atau figur seorang saksi yang rendah hati. Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus Sang Terang Dunia. Oleh karena itu, dia tidak bersedia disebut sebagai Elia, apalagi Mesias. Kedua tokoh itu memang selalu terkait sebagai pewarta dan pembawa keselamatan. Yohanes merasa tidak layak, meskipun posisinya menurut jemaat Kristiani (sesuai kesaksian Injil) adalah posisi Elia. Yohanes lebih suka disebut sebagai suara orang yang berseru-seru di padang gurun: “Luruskanlah jalan Tuhan …”. Kerendahan hati Yohanes membuat dirinya dipuji dan dikagumi banyak orang sepanjang zaman. Dia tidak menonjolkan dirinya, kehebatannya, mati raganya, dan sebagainya. Ia sadar posisinya dan peranannya sebagai tokoh yang menyiapkan kedatangan Sang Juru Selamat yang dinanti-nantikan.
Kualitas kedua dari seorang saksi adalah sukacita. Seorang saksi harus bersukacita atau bergembira dengan apa yang diwartakannya. Bagaimana nantinya jika dia sendiri tidak bersukacita atau gembira, orang lain yang mendengarkan kesaksiannya tentu tidak akan percaya. Segala sesuatu yang dilakukan dengan sukacita akan menjadi ringan. Apalagi kalau kita bersukacita dalam Tuhan, sebagaimana St. Paulus dan nabi Yesaya: “Aku bersukacita dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku”.
Kualitas yang ketiga adalah jujur. Jujur dengan apa yang dikatakan dan yang diketahui. Jujur dalam kata dan tindakan. Konsisten antara perkataan dan perbuatan. Yohanes Pembaptis memberikan teladan bagaimana ia jujur kepada orang banyak: Dia bukan Elia, bukan Mesias. Dia adalah suara yang berseru-seru di padang gurun.
Santo Paulus juga mengajak kita untuk melakukan persiapan menyongsong kedatangan Tuhan dengan sukacita, bukan dengan kegalauan, kecemasan atau kepanikan. Hal-hal praktis yang dianjurkan Paulus: tetap berdoa, mengucap syukur dalam segala hal, jangan padamkan Roh, jangan anggap rendah nubuat-nubuat, ujilah segala sesuatu, peganglah yang baik, jauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Singkatnya, umat kristiani diajak tetap berbuat baik, berdoa, mengupayakan kesalehan, dan menjauhi kejahatan.
Menjelang Natal ini, Gereja juga mengajak kita untuk menyongsong perayaan kelahiran Kristus dengan berbagai olah rohani atau kesalehan, seperti: Renungan Adven, Sakramen Tobat, Kegiatan Aksi Natal kepada anak-anak yatim piatu, panti asuhan, panti jompo, sekolah-sekolah yang kurang mampu (dengan memberikan alat-alat tulis, seragam), merawat alam, dan sebagainya.
Pertanyaan refleksinya: bagaimana usaha Anda untuk menjadi saksi Kristus pada zaman sekarang ini? Sudahkah Anda menerima Sakramen Tobat menjelang Natal ini? #
Romo Yohanes Gunawan, Pr
