Renungan Harian 14 November 2024

Melalui Flm 1: 7-20, Paulus menyapa Filemon: “Saudaraku yang terkasih, dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati para kudus telah kauhiburkan. Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus kaulakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya darimu.

Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus. Dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku. Dia (buah hatiku) kusuruh kembali kepadamu.

Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu. Aku mau yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.

Mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak darimu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih.

Bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan. Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang kepadamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku.

Aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya — agar jangan kukatakan: “Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!” — karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri. Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!

Lukas dalam injilnya (Luk 17: 20-25) mewartakan: “Ketika itu orang-orang Farisi, bertanya kepada Yesus kapan Kerajaan Allah akan datang? Jawab Yesus: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.”

Lalu Ia berkata kepada para murid-Nya: “Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut.

Sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Untuk itu, Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, sebagai pemimpin dan gembala umat, Paulus memberikan pencerahan dan bimbingan kepada Filemon agar mau dan rela menerima Onesimus bekas hambanya yang untuk beberapa waktu telah dibina Paulus. Pembinaan dan pencerahan perlu dilakukan agar orang bukan hanya berpikir tetapi diterangi Roh Kudus sehingga berani “membuka hati” untuk menerima sesuatu yang sulit/berat. Memberikan pembinaan dan waktu yang cukup kepada pihak lain untuk merenungkan dan mencerna nilai-nilai keutamaan yang baru, adalah tindakan yang baik dan bijaksana.

Dua, Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah hadir di tengah umat, bukan dengan cara-cara dan dapat dipastikan waktunya oleh manusia. Allah yang menciptakan bumi dan segala isinya, punya waktu dan perhitungan sendiri.

Kerajaan Allah telah ada di antara manusia, dalam wujud senyum, keramahtamahan, pengampunan, persaudaraan, kedamaian, kebahagiaan, kesetiaan, kejujuran, keadilan dan kesejahteraan. Maka, di mana ada suasana itu, di situ Kerajaan Allah dihadirkan. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *