Renungan Harian 18 Juli 2021

HARI MINGGU BIASA XVI

18 Juli 2021

 

Bacaan I          : Yer 23: 1-6

Bacaan II        : Ef 2: 13-18

Bacaan Injil     : Mrk 6: 30-34

 

Panggilan penggembalaan

Hari ini firman Tuhan mengantar kita akan kesadaran sebagai gembala yang dituntut tanggungjawabnya pada domba-domba ‘peliharaan’-Nya. Melayani sebagai imam di Wonogiri, mengantarkan saya pada apresiasi terhadap beberapa hal berikut. Satu, dunia peternakan adalah darah daging umumnya warga pedesaan di Wonogiri, sehingga tidak sulit menyaksikan bagaimana seorang gembala bersikap terhadap ternaknya. Dua, karena umat terpencar sebagai seorang minoritas di area yang luas, banyak awam yang terpanggil untuk ‘ngopeni’ saudara-saudara seiman dalam komunitas iman: lingkungan, wilayah, stasi, paroki. Kesaksian para awam dan Firman hari ini membakar semangat para romonya untuk terus intensif menemani kawanan penggembalaannya.

Berkali kali saya melihat gembala yang dengan pakaian lusuh dan caping di atas kepalanya, menggembalakan domba di tengah panasnya matahari, atau dengan mantel hujan yang sudah robek sana-sini menggiring kerbau dari kubangan di tengah hujan dan petir yang menyambar-nyambar. Hari lain saya mengunjungi seorang peternak yang duduk santai sambil menyeruput kopi dan makan cemilan, dengan mata memandang ke kandang, bersyukur atas sapi yang sedang melahap makanan yang disediakan. Sebagai seorang romo, pastor, gembala, saya juga bersyukur boleh bekerjasama dengan para awam yang hidup di daerah terpencil sebagai minoritas, namun selalu merengkuh saudara-saudara seiman yang tidak seberapa jumlahnya, untuk teguh dalam peziarahan hidup. Stasi, wilayah, atau lingkungan terlihat seperti kawanan kecil yang berada di tengah-tengah kawanan lain yang jauh lebih besar, namun mereka merasa nyaman dan aman karena di antara mereka ada yang ‘ngesuhi’, menyatukan, merengkuh, dan memberi kekuatan.

“Ketika mendarat, dan melihat jumlah orang yang begitu banyak, tergeraklah hati Yesus oleh belaskasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”. (Mrk 6: 34). Tentang gembala dan tokoh umat yang saya ceritakan di atas, saya ingin menyaksikan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang ‘dari sononya’ istimewa. Bahkan seringkali hanya karena keadaan yang menuntut mereka untuk menjadi seperti itu. Namun Tuhan melengkapi mereka dengan kuasa-Nya. Sehingga mereka layak untuk menjadi gembala.

Rupa-rupanya setiap orang dipanggil untuk menggembalakan/mendampingi/menemani saudara-saudari lain dalam menumbuhkan iman. Ini bukanlah soal keahlian, melainkan kerelaan diri untuk menemani, berbagi cerita, berkisah tentang kehadiran Allah, mendoakan, dan sebagainya. Ketika kita rela, Tuhan melengkapinya dengan kekuatan-Nya. “Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai; kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman Tuhan”. (Yer 23: 2). Dari Kitab Yeremia, kita mendapatkan peringatan apabila kita hanya berpikir tentang diri sendiri, dan kurang mempedulikan saudara-saudari sekitar kita. Jadilah gembala yang baik.

Romo Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *